Minggu, 22 Agustus 2010

Puisi

Waktu sudah mulai larut malam. Para calon anggota petualang yang berkumpul di balai desa untuk berkemas mulai mengantuk. Pak kepala Desa menemui mereka. Rupanya pak kepala desa hendak membacakan sebuah puisi yang baru saja di temukannya di selipan arsip-arsip lacinya.

Parang
Reijefki Simbolon

Disaat hati bergenderang
Bulir-bulir hati terus berpedang
Terus aku bertualang
Hingga tak sekedar pundi-pundi

Terus aku berdawai
ku ukir setengah pelan
tetapi, tetap saja perlahan
Hati yang berkelabatan
membuang asa yang terus bergerak...

Huahem.... anggota lainnya mulai mengantuk sambil mengerutkan keningnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar